GANJAR BUDAYAKAN ANTIKORUPSI DAN GRATIFIKASI : HIDUP LEBIH ENAK



Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo memiliki komitmen penuh untuk melakukan budaya antikorupsi dan gratifikasi. Hal yang menjadi contoh adalah membeli pemberian saat melakukan kunjungan kerja.

Hal tersebut diungkapkan pada acara sosialisasi antikorupsi kepada TP PKK se-Jawa Tengah, secara hybrid, dari Aula Kantor Inspektorat, Jalan Pemuda, Semarang, Kamis (10/11/2022).

Gubernur Ganjar Pranowo mengapresiasi inisiatif Inspektorat Jawa Tengah menggandeng KPK dan menggelar sosialisasi itu. Menurutnya ini menarik karena targetnya Ibu-Ibu PKK yang kebanyakan juga penyelenggara negara.

“Sehingga harapan kita nantinya mereka akan bisa menjadi benteng di keluarganya untuk saling mengingatkan,” ucap Ganjar.

Ganjar mengatakan, banyak sekali cara yang bisa dilakukan untuk mencegah korupsi dan gratifikasi. Salah satunya dengan segera melaporkan barang pemberian dari siapapun.

“Atau barangkali dengan cara yang lain dengan metode yang lain, ya sudah, kalau anda mau dikasih sesuatu ya dibeli aja. Itu menurut saya cara yang paling bagus,” ujar Ganjar.

Ganjar sejak menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah sejak tahun 2013 menerapkan budaya antikorupsi dan gratifikasi. Disinggung soal implementasinya, Ganjar mengaku hal ini menjadi salah satu kebanggaannya selama memimpin.

“Kawan-kawan melakukan dengan baik dan saya banggakan, dan mungkin tidak terlalu banyak orang perhatian pada itu,” kata Ganjar.

Dari hasil pantauannya lewat kontrol publik, Ganjar senang karena saat ini tidak banyak komplain terkait korupsi, gratifikasi, dan istilah lainnya.

“Alhamdulillah sekarang sudah tidak terlalu banyak orang yang komplain itu, masih ada sih beberapa tempat. Kalau di pemprov karena kewenangan saya, pasti saya sikat. Cepat,” tegas Ganjar.

Istri dari Gubernur Jawa Tengah, Siti Atikoh berkomitmen dalam membudayakan antikorupsi dan gratifikasi.

“Sebagai pasangan dan keluarga pasti paham pendapatan dari pasangan kita itu berapa, ketika tiba-tiba bisa beli sesuatu yang lebih itu saatnya mengingatkan,” kata Atikoh.

Atikoh menyebutkan, keluarga adalah benteng dan ujung tombak untuk pencegahan korupsi. Menurutnya, bicara pemberantasan korupsi maka pencegahan harus dimulai dari keluarga.

“Kemudian pendidikan anak usia dini, anak-anak di rumah, juga dibudayakan antikorupsi. Jujur, menjunjung tinggi integritas. Kalau sudah jadi kebiasaan, pasti ketika kita di luar rumah pasti akan berusaha menjaga,” ujar Atikoh.

Atikoh yang juga Ketua Dekranasda Jateng mencontohkan, salah satu budaya antikorupsi dan gratifikasi yang dilakukan adalah saat kunjungan kerja. Misalnya, ketika menghadiri pameran UMKM.

“Biasanya saya dikasih sesuatu, maka saya bilang maaf kalau saya nerima maka saya bayar. Tidak akan membawa barang cuma-cuma,” tegas Atikoh.

Di sisi lain, lanjut Atikoh, cara itu sebagai wujud apresiasi dan nglarisi produk dari UMKM itu sendiri.

“Saya dan Mas Ganjar sudah berkomitmen dari awal bahwa Insya Allah kita mewakafkan diri kita untuk masyarakat di Jawa Tengah. Maka hidup jadi enak dan nyenyak, karena tidak ada tuntutan hedonis,” kata Atikoh.

0 Response to "GANJAR BUDAYAKAN ANTIKORUPSI DAN GRATIFIKASI : HIDUP LEBIH ENAK"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel