SEPAK TERJANG GANJAR PRANOWO DI DUNIA POLITIK, SEBELUM JADI CAPRES INDONESIA 2024 DARI PDIP



Jumat (21/4/2023), menjadi hari bersejarah bagi Ganjar Pranowo. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri mengumumkan penetapan dirinya sebagai calon presiden usungan partai. Peresmian ini menambah panjang jejak langkah Ganjar Pranowo dalam dunia politik, melengkapi pengalamannya sebagai anggota DPR hingga kepala daerah.

Dari laman Kompaspedia, buku Anak Negeri:Kisah Masa Kecil Ganjar Pranowo (2018) dan buku Ganjar Pranowo: Jembatan Perubahan (2019), jejak politik dan karier Ganjar Pranowo dapat ditelusuri sejak muda.

Ganjar lahir di Karanganyar, Jawa Tengah, pada 28 Oktober 1968. Masa kecilnya penuh kesusahan dan tantangan hidup karena kondisi ekonomi keluarga yang relatif sederhana. Ayahnya, S Parmudji, merupakan polisi berpangkat rendah. Untuk menambah pendapatan keluarga, ibunya harus turut menopang ekonomi keluarga dengan berjualan bensin.

Namun, keterbatasan ekonomi tak membuat Ganjar muda menjadi minder. Malah, ia telah mengembangkan sikap kepemimpinan sejak belia. Ia selalu terpilih sebagai ketua kelas sejak di bangku sekolah dasar. Di jenjang SMP, Ganjar aktif berorganisasi PMR, OSIS, dan pramuka.

Terbiasa hidup dalam tantangan menjadikan Ganjar sebagai seorang yang berani. Saat SMA, Ganjar merantau ke Yogyakarta untuk bersekolah di SMA BOPKRI 1. Di kota pelajar tersebut, kemampuan akademiknya semakin berkembang. Ia diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

Kecintaannya berorganisasi semakin kentara di masa kuliah. Ia aktif terlibat dalam sejumlah organisasi kampus, seperti majalah mahasiswa Mahkamah FH UGM, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, (GMNI), serta mahasiswa pencinta alam (Mapala).

PDI-P

Semangat untuk berpolitik juga telah dibangunnya sejak masa kuliah dengan terlibat dalam Gerakan Demokrat Kampus (GEDEK) tahun 1992-1995. Ganjar kemudian juga bergabung dengan PDI-P saat masih berstatus mahasiswa pada 1992. Kala itu, ia memilih PDI-P karena dianggap sebagai antitesis dari rezim Orde Baru.

Setelah mendapat gelar sarjana hukum pada 1995, Ganjar tidak langsung terlibat dalam politik praktis. Ia sempat berkarier sebagai konsultan pengembangan SDM di sebuah perusahaan swasta dari 1995-1999. Baru pada 2002, dirinya mendapatkan kesempatan menjadi Deputi I Badan Pendidikan dan Pelatihan Pusat (Badiklatpus) PDI-P. Kemudian, ia juga dipercaya menjadi anggota Bidang Penggalangan Panitia Pemenangan Pemilu (PAPPU) Pusat di tahun berikutnya.

Karier politiknya mulai tampak cemerlang di tahun 2004. Ia akhirnya ditugaskan menjadi anggota DPR RI dari Fraksi PDI-P periode 2004-2009. Waktu itu ia masuk ke dalam Komisi IV yang membidangi agrikultur, kelautan, dan pangan. Karena memiliki latar belakang ilmu hukum, ia juga dilibatkan sebagai anggota Badan Legislasi DPR.

Kritis

Ganjar tidak menyia-nyiakan kesempatannya di Senayan. Peran sebagai anggota legislatif dari fraksi partai oposisi dimainkan dengan sebaik mungkin. Arsip Kompas menunjukkan sikap-sikap kritisnya terhadap rezim pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Pada Februari 2005, Ganjar Pranowo, bersama rekannya Agus Tjondro, menggulirkan kritik keras kepada Presiden SBY karena dianggap tidak melaksanakan UU Nomor 36 Tahun 2004 tentang APBN tahun 2005 (Kompas, 28/2/2005).

Tak hanya kepada lembaga eksekutif, Ganjar juga tak ragu mengkritik lembaga tempatnya bernaung. Salah satu contohnya adalah ketika DPR berlarut-larut gagal menyepakati dua materi dalam RUU Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD pada Februari 2008.

Sikap kritis Ganjar tetap tegas dipertahankan ketika kembali menjabat sebagai anggota DPR dari F-PDI-P periode 2009-2013. Ia terlibat dalam sejumlah tim ad hoc DPR untuk mengusut kasus Bank Century.Di luar itu, Ganjar juga tetap memberikan otokritik terhadap DPR. Contohnya adalah ketika ia, yang saat itu menjabat Wakil Ketua Komisi II, menilai target pengesahan 70 RUU dalam satu tahun adalah hal yang kurang matang.

Kritik-kritik yang dilancarkannya selama menjabat sebagai anggota DPR seakan memberi petunjuk gagasannya terhadap kepemimpinan. Ganjar menyoroti kekuatan rezim lampau yang terus bercokol di pemerintahan sehingga berpengaruh tidak dilaksanakannya semua agenda reformasi.

Gubernur

Untuk melengkapi pengalaman politiknya, Ganjar ditugaskan oleh PDI-P untuk maju sebagai calon Gubernur Jawa Tengah periode 2013-2018. Ganjar dipasangkan dengan Heru Sudjatmoko yang sebelumnya menjabat sebagai Bupati Purbalingga.

Pasangan Ganjar-Heru berhasil meraih 48,82 persen suara, jauh melampaui pasangan petahana Bibit Waluyo-Sudijono Satroatmodjo yang memperoleh 30,26 persen. Ganjarmenyebutkan kemenangannya ditentukan beberapa faktor, yakni kekuatan partai yang solid dan efektif, dukungan sukarelawan, dan kehendak masyarakat yang menginginkan perubahan.

Ganjar yang juga lulusan Master Ilmu Politik Universitas Indonesia (2013) ini lantas berusaha menunjukkan kepercayaan rakyat Jawa Tengah dalam kinerjanya sebagai kepala daerah. Gubernur dengan slogan kampanye ”mboten ngapusi, mboten korupsi (tidak membohongi, tidak korupsi)” ini segera mengambil langkah strategis.

Ia mencoba berfokus pada 18 Agenda yang berusaha menjawab persoalan kemiskinan, pengangguran, dan pembangunan infrastruktur. Fokus kerja ini dibarengi dengan inovasi adalah prinsip yang coba ia terapkan dalam mengimplementasikan agenda-agenda tersebut.

Salah satu terobosan yang segera ia lakukan adalah lelang 85 jabatan struktural ASN. Langkah awal reformasi birokrasi ini dirasa Ganjar harus dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada ASN potensial (Kompas, 29/10/2013). Ia juga merasa langkah ini, bersama dengan revitalisasi aset daerah, adalah prasyarat dalam menjawab persoalan pembangunan yang optimal dan merata.

Selain agenda-agenda tersebut, Ganjar juga menerapkan pola komunikasi yang sangat diterima warga Jawa Tengah. Merakyat adalah kata kunci dari citra diri yang berusaha ditonjolkan. Ia juga lebih memilih memakai mobil Toyota Innova ketimbang mobil mewah sebagai kendaraan dinasnya.

Ganjar juga terkenal dengan senyum lebarnya, mudah menyapa, dan luwes. Sempat dikritik karena ia terlalu sering berkunjung ke daerah-daerah, Ganjar mengatakan bahwa sebagai orang Jawa, hal itu penting dilakukan. Sebab, selain dapat langsung bersentuhan dengan rakyat, ia merasa dapat memperoleh banyak masukan dan kritik yang membantunya memprioritaskan agenda kerjanya.

Sikap, gaya komunikasi, dan karakter yang kharismatik akhirnya membuat rakyat Jawa Tengah menerima Ganjar. Ia terpilih kembali di periode jabatan keduanya sebagai Gubernur Jateng. Kisah perjalanannya hingga sampai ke titik ini menunjukkan bahwa ia memang merupakan seorang sosok yang patut diperhitungkan dalam Pemilu 2024.

Pengalaman sebagai legislator dan gubernur akan menjadi modal portofolionya sebagai calon presiden. Dengan pengalaman menjadi pejabat publik ini, masyarakat bisa menilai rekam jejaknya dan mempertimbangkan berbagai kebijakan yang pernah dilakukannya.

Tentunya, modal kapasitas pejabat publik ini juga tidak dapat dilepaskan dari komitmen partainya, PDI-P, untuk terus menempa kader-kadernya sebagai calon pemimpin. Kaderisasi dan ujian menjadi pejabat publik dalam rentang yang panjang ini penting dilakukan sebagai bekal pengalaman bagi calon-calon pemimpin bangsa.

Sumber : Kompas.id

0 Response to "SEPAK TERJANG GANJAR PRANOWO DI DUNIA POLITIK, SEBELUM JADI CAPRES INDONESIA 2024 DARI PDIP"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel