Ganjar Pranowo Bergerak di Demak, Temukan 8 Ibu Hamil dengan Resiko Tinggi



Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowomenemukan adanya ibu hamil dengan risiko tinggi (risti) saat melakukan kunjungan kerja di di Desa Blerong, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Selasa (18/7).

Di desa tersebut ada total 45 ibu hamil. Dalam kesempatan itu, Ganjar bertemu delapan ibu hamil dengan risti.

Dua di antaranya merupakan ibu hamil dengan risti karena usia di atas 35 tahun dan usia muda, bahkan satu di antaranya saat ini berusia 42 tahun dan hamil kembar.

“Maka ini udah risti banget, ya usianya ya kandungannya. Maka saya minta yang seperti ini menjadi perhatian, tetapi saya tanya tadi udah ok,” kata Ganjar, didampingi Bupati Demak Eistianah.

Khusus untuk ibu hamil tersebut, Ganjar menitipkan pesan pada bidan agar rutin melakukan pengecekan, apalagi bayi kembar dalam kandungan ibu hamil tersebut salah satunya meninggal dunia.

“Maka pada saat dia mau melahirkan, betul-betul ini akan diamankan sehingga nanti saat bersalin ibunya sehat. Insyallah bayinya sehat karena di kandungannya ada kembar yang satu meninggal itu,” ujarnya.

Terkait tengkes, berdasarkan data yang ada, saat ini di Desa Blerong, Kecamatan Guntur tersebut terdapat 32 kasus stunting.

Pemerintah desa mempunyai mitigasi penanganan stunting yang relatif bagus, yakni dengan pendampingan intensif selama 120 hari dan ditambah pemberian penambah nafsu makan.

Namun, lanjut Ganjar, hal itu belum terlaksana tahun ini karena kendala anggaran.

“Maka tadi saya minta kalau anggarannya kurang, persoalan stuntingnya tetap didata, nanti disampaikan pada ibu Bupati atau kepada Gubernur sehingga kalau ada yang kurang kami yang nambahin,” ujarnya.

Ganjar menegaskan soal stunting harus menjadi perhatian seluruh komponen masyarakat.

Selain untuk mencapai target nasional di angka 14 persen pada 2024 mendatang berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), hal ini juga berkaitan dengan penyiapan generasi Indonesia Emas.

“Kalau kita mau nyiapin generasi emas enggak boleh ada stunting, harus nol karena stunting tidak hanya -maaf- orang biasanya ‘pak itu kuntet, itu kemudian tidak bisa tumbuh’. Tidak hanya badannya, tetapi otaknya juga,” tuturnya.

Di sisi lain, lanjut Ganjar, pentingnya pendataan juga berpengaruh pada penanganan kemiskinan ekstrem. Menurutnya, stunting bagian tak terpisah dari isu tersebut.

“Makanya ini kami kebut, cerita-cerita seperti ini yang kami sampaikan, pengecekan langsung di lapangan kami lakukan, dan kami mesti mendapatkan laporan rutin,” katanya.

“Ini yang menurut saya penting, agar kami bisa memastikan treatment-nya diberikan sehingga nanti potensi angka turunnya bisa terbaca dengan baik,” tuturnya menambahkan.

Dalam empat tahun terakhir, Ganjar berhasil menurunkan angka stunting di Jawa Tengah. Berdasarkan data dari Aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM), angka stunting di Jawa Tengah pada tahun 2018 adalah 24,4 persen.

Kemudian turun menjadi 18,3 persen pada 2019. Pada 2020, angka tersebut turun lagi menjadi 14,5 persen, dan pada 2021 menjadi 12,8 persen, hingga pada 2022 mencapai angka 11,9 persen.

Keberhasilan Ganjar dalam menekan angka stunting tidak lepas dari berjalannya program-program yang diinisiasinya, di antaranya Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng (5Ng), Jo Kawin Bocah, One Student One Client, dan yang terbaru adalah peluncuran beras fortifikasi sebagai tambahan gizi bagi ibu hamil.

Ganjar yakin bahwa angka stunting di Jawa Tengah dapat terus menurun melalui koordinasi dan inovasi yang dilakukan oleh para kader kesehatan di daerah tersebut.

0 Response to "Ganjar Pranowo Bergerak di Demak, Temukan 8 Ibu Hamil dengan Resiko Tinggi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel